Banyak sudah kita mendengar kehebatan ulama pesisir ini tapi minim
sekali informasi yang memberikan jawaban atas pertanyaan mendasar,
siapakah Saridin itu? Dari latar belakang apa sehingga dimasa dewasanya
memiliki daya linuwih. Bukan hanya bupati pati, tetapi Raja Matarampun
rela bertani sekadar memberikan kesempatan kepada saridin untuk
menyelesaikan konflik di kotaraja Mataram.
Lakon Saridin Lahir.
Lakon ini didukung oleh seniman dari latar belakang yang berbeda.
Saridin Lahir merupakan Kethoprak Gabungan antara Ketoprak Sri Budaya
Pati dengan Kethoprak Mataram RRI Yogyakarta. Sungguh perpaduan yang
tidak gampang dilakukan untuk sebuah pagelaran yang akan dikemas dalam
pita kaset sebagai barang komuditi.Saridin Lahir seakan telah melengkapi
cerita panjang sang cikal bakal dukuh Milono yang legendaris ini
Andum Waris
Inilah sekilas tentang Saridin:
Saat era Wali Songo, di suatu daerah di pesisir utara pulau Jawa,
tepatnya di daerah Pati, tersebutlah seorang pemuda desa yang lugu dan
bersahaja, bernama Saridin. Nama Saridin mungkin tidak begitu tenar
secara nasional, tapi sudah melegenda secara regional. Region itu adalah
wilayah Demak Kudus Pati Juwono Rembang, atau yang sering dilafadzkan
sebagai Anak Wedus Mati Ketiban Pedang.
Saridin seorang sakti, namun lugunya tidak ketulungan, sehingga (seakan) tidak menyadari kesaktiannya.
Dia pernah membunuh kakak iparnya, karena sang kakak sering mencuri
durian miliknya. Saat itu kakaknya menyamar menggunakan pakaian harimau,
sehingga Saridin tidak mengenali. Dengan sekali tombak, matilah sang
ipar. Saat ditanya oleh petugas, Saridin mengaku tidak membunuh
kakaknya, melainkan membunuh harimau yang mencuri duriannya.
Meskipun jika pakaian harimau dibuka, Saridin tau bahwa itu kakak
iparnya. Kalo secara hukum, Saridin tidak bersalah, karena membela
miliknya, dan tidak menyadari kalo harimau itu adalah kakaknya. Namun
demikian, Saridin tetap harus dipenjara.
Untuk memasukkan ke penjara
bukan hal mudah, karena Saridin ngotot tidak bersalah. Akhirnya Adipati
Jayakusuma, pemimpin pengadilan, menggunakan kalimat lain, bahwa
Saridin tidak dipenjara, melainkan diberi hadiah sebuah rumah besar,
diberi banyak penjaga, makan disediakan, mandi diantarkan. Akhirnya
Saridin bersedia.
Sebelum dipenjara, Saridin bertanya apakah boleh
pulang kalo kangen anak dan istrinya. Petugas menjawab: “boleh, asal
bisa” . Dan terbukti beberapa kali Saridin bisa pulang, keluar dari
penjara di malam hari dan kembali lagi esok harinya.
Karena Adipati
jengkel, Saridin dikenai hukuman gantung. Tapi saat digantung para
petugas tidak mampu menarik talinya karena terlalu berat. Saridin
menawarkan ikut membantu, dijawab oleh Adipati: “boleh, asal bisa”. Dan
karena ijin itu Saridin lepas dari talinya, lalu ikut menarik tali
gantungan.
Adipati semakin murka, dan menyuruh membunuh Saridin saat itu juga. Sebuah tindakan putus asa seorang penguasa.
Saridin melarikan diri sampai ke Kudus, yang lalu berguru pada Sunan
Kudus. Di sini Saridin tidak berhenti menunjukkan kesaktiannya, malah
semakin menonjol.
Saat disuruh bersyahadat oleh Sunan Kudus, para
santri lain memandang remeh pada Saridin, apa mungkin Saridin bisa
mengucapkannya dengan benar.
Tapi yang terjadi sungguh di luar
dugaan semua orang. Saridin justru lari, memanjat pohon kelapa yang
sangat tinggi, dan tanpa ragu terjun dari atasnya. Sampai di tanah, dia
tidak apa-apa. Semua pada heran pada apa yang terjadi.
Sunan Kudus
menjelaskan, bahwa Saridin bukan cuma mengucapkan syahadat, tapi seluruh
dirinya bersyahadat, menyerahkan seluruh keselamatan dirinya pada
kekuasaan tertinggi. Kalo sekedar mengucapkan kalimat syahadat, anak
kecil juga bisa.
Namun Saridin masih tetap dilecehkan oleh para
santri. Saat ada kegiatan mengisi bak air untuk wudlu, Saridin bukannya
diberi ember, malah diberi keranjang. Tapi dengan keranjang itu pula
Saridin bisa mengisi penuh bak air.
Saat Saridin mengatakan bahwa
semua air ada ikannya, tidak ada yang percaya. Akhirnya dibuktikan,
mulai dari comberan, air kendi sampai air kelapa, ketika semua
ditunjukkan di depan Saridin, semua ada ikannya. Akhirnya Saridin diusir
oleh Sunan Kudus, harus keluar dari tanah Kudus.
Singkat cerita,
Saridin yang ternyata murid dari Sunan Kalijaga ini bertemu lagi dengan
gurunya. Saridin diperintahkan untuk bertapa di lautan, dengan hanya
dibekali 2 buah kelapa sebagai pelampung. Tidak boleh makan kalo tidak
ada makanan yang datang, dan tidak boleh minum kalo tidak ada air yang
turun. Pada akhirnya, Saridin dikenal sebagai Syeh Jangkung, yang
tinggal di desa Landoh, Kayen, Pati.
Geger Palembang
Pada akhir
episode Andum Waris, Saridin harus menerima hukuman untuk di larung ke
lautan dengan menaiki buah kelapa. Dalam perjalanannya, Saridin
terdampar di Tanah Palembang yang ketika itu tengah dilanda konflik
dikalangan elit Kasultanan Palembang.
Sultan Iskandar di Palembang
sudah uzur dan sudah pada waktunya menyerahkan tampuk pemerintahan
kepada Putra Mahkota yaitu Pengeran Alamsyah. Permasalahannya adalah
karena Pangeran Alamsyah masih terlalu muda untuk memimpin Negara,
terlebih saat ini Pangeran Alamsyah sedang menuntut ilmu.
Keadaan
ini dimanfaatkan oleh adik Sultan Iskandar yaitu Pengeran Sanggar
Singgih yang ternyata punya affair dengan permaisuri Sultan Iskandar.
Tidak berhenti sampai disitu, Permaisuri dan Pangeran Sanggar Singgih
berkomplot untuk menghabisi Sultan. Dalam sebuah kesempatan, Sultan
meninggal dunia secara mendadak. Pada saat itulah Sanggar Singgih masuk
menggantikan Sultan Iskandar, kendati cuma bersifat sementara.
Pertanyaannya adalah dimanakah peran Saridin (Syeh Jangkung) dalam masalah ini?
Ontran-ontran Cirebon
Yang sampai saat ini, menjadi pertanyaan saya adalah Nama Syeh
Jangkung. Kenapa Jangkung? Dalam pemahaman secara terminologis, Jangkung
memiliki makna tinggi (dalam konotasi fisik / tubuh manusia). Saya
befikir, bahwa Saridin disebut Syeh Jangkung mungkin disebabkan karena
Saridin memiliki fisik / tubuh dengan ukuran cukup tinggi dibanding
rata-rata orang jawa waktu itu. Jelasnya, Saridin memiliki tubuh yang
jangkung.
Ketika banyak mendengarkan cerita ketoprak dan membaca
sedikiit referensi, tak satupun alasan yang memperkuat dugaan saya
tentang Saridin secara fisik. Dalam berbagai dialog dan tulisan-tulisan
tentang Saridin, tak pernah ada pepenggambaran secara fisik yang
mendeskripsikan bahwa Saridin bertubuh jangkung. Tapi, kenapa Syeh
“Jangkung”?
Akhirnya saya menoleh ke kamus besar Bahasa Jawa. Disana
disebutkan bahwa Jangkung dapat berarti, mendorong, menyetujui,
memberikan restu. Dari sini, logika bodoh saya berfikir bahwa Gelar Syeh
Jangkung yang diberikan kepada Saridin, bukan karena fisik Saridin yang
tinggi (jangkung) tetapi karena Saridin selalu mendorong dan memberikan
restu serta “njangkung” setiap perbuatan baik, dan kenyataannya dengan
“jinangkung” oleh restu Saridin, setiap permasalahan dapat diselesaikan.
Wallahualam
Setelah berhasil membantu menyelesaikan “ontan-ontran”
di Kasultanan Palembang, Saridin yang sekarang sudah memakai sebutan
Syeh Jangkung, melanjutkan pengembaraannya di pesisir Laut Jawa, harus
terlibat dengan konflik di Kasultanan Cirebon, yang saat itu sedang
dalam masalah serius.
Puteri Sultan Cirebon yaitu Cut Syamsiatun
sedang menderita sakit ingatan, karena kekasihnya, putra Sultan Banten
yaitu Pengeran Elang Muhammad meninggal secara misterius. Para elit
Kasultanan saling curiga dan saling menduga siapa pembunuh Elang
Muhammad.
Atas petunjuk Sunan Kalijaga, Patih Secanegara mencari
Syeh Jangkung yang tengah melakukan pengembaraan di Laut Jawa. Patih
Secanegara berhasil bertemu dengan Syeh Jangkung dan meminta untuk
membuka tabir yang menyelimuti Kasultanan Cirebon.
Bagaimana cara Syeh Jangkung menyelesaikan Ontran-ontran di Cirebon?
Bedhahing Ngerom
Masih tentang Saridin (Syeh Jangkung) dalam perjalanan spririualnya.
Kali ini perjalanan Saridin memasuki wilayah Turki (Ngerum) yang kala
itu tengah dirundung masalah. Sultan Abukorim, Raja Turki yang berkuasa
kala itu, belum didampingi permaisuri dirasakan oleh para sentana dan
punggawa kasultanan sebagai hal yang sangat mengganggu dan berdampak
pada kewibawaan Sultan. Oleh karena itu, atas Bujukan Patih Johanpre
Sultan Abukorim diminta untuk mencari puteri sebagai permaisuri
Kasultanan Ngerum. Patih Johanpre memperlihatkan gambar perempuan cantik
dari seluruh penjuru dunia untuk dipilih oleh sultan. Sudah banyak
gambar yang diperlihatkan oleh Patih Johanpree mulai dari Puteri Jepang,
Cina, India dan lain lain tetapi belum memenuhi harapan Sultan
Abukorim, kecuali gambar seorang puteri yang berasal dari Tanah Jawa,
puteri Sultan Agung Hanyakrakusuma, yang sangat menarik Hati Sultan
Abukorim.
Patih Johanpre menolak ketika diperintah untuk melamar
Putri Sultan Agung hanyakrakusuma tersebut. Bahkan sudah berani
memastikan bahwa Sultan Agung Hanyakrakusuma tidak akan menyerahkan
puterinya jika dilamar oleh orang asing. Lebih buruk lagi, Patih
Johanpre menyarankan untuk menculik Putri Tamnah jawa tersebut. Sekali
lagi, dengan berbagai alasan Patih Johanpre juga menolak ketika
diperintah untuk menculik Putri Sultan Agung Hanyakrakusuma. Akhirnya,
Sultan Abukorim sendiri yang harus melaksanakan rencana penculikan putri
idamannnya itu.
Sementara itu, perjalanan laut Saridin dengan naik
buah kelapa sampai di Pesisir Selatan tanah jawa dibawah wilayah
kekuasaan Mataram. Ketika tiba-tiba buah kelapa itu terdampar dipantai,
naluri Saridin membisikkan akan adanya sebuah peritiwa besar di wilayah
Mataram.
Sangat jelas, bahwa peristiwa ini terkait dengan penculikan
puteri Sultan Agung Hanyakrakusuma oleh Sultan Ngerum, Abukorim. Tapi
bagaimana kejadiannnya? Bagaimana Saridin bisa masuk ke wilayah Mataram?
Apakah Syeh Malaya (Sunan Kalijaga) masih berperan? Bagaimana
hubungannya dengan judul lakon Bedhahing Ngerum? Berhasilkan Sultan
Abukorim menculik Puteri Mataram? Kenapa Patih Johanpre menolak
menjalankan perintah Sultan Abukorim? dan masih banyak pertanyaan lain
yang hanya bisa terjawab apabila anda mendengarkan secara runtut cerita
ini.
Sultan Agung Tani
Masih ingat serial Syeh Jangkung
Ontran-ontran Cirebon? Ketika itu diceritakan Saridin menikahi Rohayati,
Putri Sultan Cirebon. Dari pernikahan itu, lahir anak laki-laki yang
diberinama : Kasan Haji. Akan tetapi, sejauh ini Ibu dan Kakeknya masih
merahasiakan tentang siapa sebenarnya ayah Kasan Haji. Ketika menjelang
dewasa, keinginan Kasan Haji untuk bertemu dengan ayahnya tak terbendung
lagi. Maka atas ijin Sultan Cirebon berangkatlah Kasan Haji bersana
Rohayati, ibunya untuk mencari Saridin (Syeh Jangkung) ke Miyono, Pati.
Di Alas Roban, Windu Legkoro, Raja jin di wilayah itu, merasa sangat
kecewa ketika mendapat laporan anak buahnya saat di perintahkan untuk
membuat kekacauan di Mataram. Retno Jinoli putri Mataram yang menjadi
target untuk diganggu oleh anak buah Windu Lengkara mendapat
perlindungan oleh seorang sakti yang bernama Saridin (Syeh Jangkung).
Windu Lengkara merasa sangat penasaran atas kesaktian Saridin yang telah
berhasil mengalahkan anak buahnya. Itulah sebabnya, dengan menyamar
sebagai manusia, dia bermaksud ke Miyono, untuk menjajal kesaktian
Saridin.
Ditengah perjalanan, Windu Lengkara bertemu dengan Kasan
Haji dan rombongannnya. Ketika memandang Rohayati muncul hasrat Windu
untuk memperisteri isteri Saridin itu. Tentu saja Rohayati menolak dan
dengan sekuat tenaga Kasan Haji berusaha melindungi ibunya.
Jika
anda telah mengikuti serial Syeh Jangkung, Bedahing Ngerom pasti anda
sudah tahu apa, siapa dan bagaimana Retno Jinoli itu. Akan tetapi
pertanyaannnya adalah bagaimana upaya Rohayati untk mengantar aKasan
Haji menemui Saridin? Mampukan Kasan Haji melindungi Ibunya dari upaya
jahat Windu Lengkara? Kenapa serial Syeh Jangkung kali ini berjudul
Sultan Agung Tani? Untuk menjawab pertanyaan itu, kami persilahkan anda
untuk mengikuti Serial ini sampai tuntas.
Keris Jangkung
KERIS JANGKUNG
Di daerah pati ada sebuah nama yg cukup terkenal Ondo Rante namanya dia
merasa terganggu dengan adanya org yg bersiar agama dan akhirnya
membuat keonaran di daerah tersebut akan tetapi Adipati Pati Mangun
Oneng mendengar warta itu dan di utuslah Ulama yg bernama kyai Makdum
Alatas tapi msh blm bisa dikalahkan malahan kyai Makdum Alatas sampai
wafat, dan Syeh Jangkung merasa batinnya ga eanak berangkatlah ke
Mataram menemui Sultan Mataram mendengar cerita tersebut syeh jangkung
tergugah dan diutuslah beliau oleh Sultan Mataram tapi dgn syarat harus
dgn wanita cantik untuk memikat Putri dari Sumbo Pradan yg bernama
Guranti dan berangkatlah untuk menemui Ondo Rante sambil menawarkan Tuak
setelah diminumnya Tuak tersebut menjadi tak sadarkan diri dan ketahuan
kelemahannya yang akhirnya Ondo Rate dibawa kekadipaten dan diikat
diatas ondo/tangga dgn rantai emas yang ditarik dengan Gajah dan
akhirnya terbelahlah tubuh Ondo Rante menjadi 2 dan tidak boleh
disatukan pemakamannya yg akhirnya dimakamkan bersebarangan dgn
kali/sungai di Kali ngranten Desa Prenggan .
Dilain cerita setelah
sepulangnya dari kadipaten syeh jangkung pulang untuk menemui putranya
Momok akan tetapi tidak ketemu ternyata Momok pergi dari rumah untuk
mencari pekerjaan di desa Pesanggrahan dirumah Bopo Dupo Somo menjadi
tukang angon kebo dan anak Ki Dupo Somo Sutarsih suka dg Momok dan
terjadi pertikaian dgn Lodang murid Ki Dupo Somo karena dia jd seneng
dgn Sutarsih akan tetapi yg jd korban Kebonya yg diangon Momok karena
Momok bersalah Dia dihajar Ki Dupo Somo dan disitulah bertemu juga
dengan Syeh Jangkung dan adu kesaktian antara Ki Dupo Somo dgn Syeh
Jangkung dan mengaku kalah Ki Dupo Somo dan mengajak berbesan dari situ
Momok diajak pulang keKayen dengan membawa kerbau yg diberi oleh Ki Dupo
Somo. Hari berikutnya kerbau Wungkul digembala Momok sampai ke desa
Trangkil dan memakan padi org dan tejadi pertikaian dgn yg pny sawah Ki
Ketip Trangkil (Utara Sunan Kudus) dengan kesaktiannya kerbau yang
tadinya hidup menjadi mati dan dihidupkan lagi oleh Syeh Jangkung dan
terjadi perkelahian antara Ki Ketip Trangkil dgn Syeh Jangkung
bahwasannya dgn mudah mendapat gelar Syeh padahal Ki Ketip Trangkil sdh
bertahun2 mengajar agama Islam belum bias mendapat gelar tsb sampai Syeh
Jangkung mau dikubur didlm sumur yg sekarang menjadi Desa Sumur Bandung
yang akhirnya Ki Ketip Trangkil dibuang kekudus dengan iketnya Syeh
Jangkung sekali kibas .
DUMADINE LULANG KEBO LANDOH
Pada episode
inilah puncak “karier” Syeh Jangkung. Secara de facto dia telah menjadi
ulama dan paranpara Negara Mataram. Tak kurang, Sultan Agung rela
menjadi petani menggantikan Syeh Jangkung yang ketika itu sedang sibuk
menggarap sawah demi meminta kesediaan kyai eksentrik ini mennyelesaikan
permasalahan dan pageblug yang menimpa keraton Mataram akibat ulah
lelembut yang membuat bencana di seantero keraton Mataram.
Syeh
Jangkung bisa datang ke Mataram memenuhi harapan Sultan Agung untuk
menumpas gerombolan jin yang dipimpin oleh Kalawindu yang telah
menguasai keraton Mataram. Atas keberhasilan Syeh Jangkung menumpas
gerombolan Jin Kalawindu, Sultan Agung bermaksud memboyong Keluarga
Besar Syeh Jangkung di Miyono, Pati (termasuk Retna Jinoli) untuk
tinggal di Mataram, akan tetapi Syeh Jangkung menolak, karena banginya
tinggal di Miyono sebagai petani terasa lebih nikmat jika di jalani
dengan ikhlas.
Sementara itu, keberadaan Syeh Jangkung di Miyono
terasa sangat mengganggu keberadaan Panti Kudus yang dipimpin oleh Sunan
Kudus. Hal ini karena ajaran yang di bawa oleh Saridin dapat
membahayakan santri-santri lain pada umumnya. Oleh karena itu, dengan
semakin banyaknya warga (terutama santri) yang berguru ke Miyono
menjadikan Sunan Kudus makin gusar. Kegusaran Sunan Kudus kemudian
dibawa ke Kabupaten Pati.
Dengan mengingatkan kembali kejadian
lolosnya Saridin dari penjara Kadipaten Pati sampai kejadian gagalnya
hukuman gantung yang dijatuhkan kepada Saridin atas tuduhan terbunuhnya
kakak ipar Saridin saat memakai pakaian harimau beberapa tahun yang
lalu, Adipati Tandanegara termakan oleh masukan Sunan Kudus. Oleh karena
itu, diputuskan untuk membubarkan perguruan (baca: pesantren di Miyono)
yang diasuh oleh Syeh Jangkung bagaimanapun caranya!
Bagaimana
kelanjutan kisah ini? Berhasilkah Sunan Kudus membungkam kehebatan
Saridin? Apa hubungannnya dengan Lulang Kebo Landoh? Dan banyak lagi
pertanyaan lain yang masih menggantung selama anda belum tuntas
mendengarkan cerita ini. Kisah Saridin (Syeh Jangkung) yang demikian
melegenda di Kabupaten Pati dan di pesisir utara Jawa Tengah pada
umumnya.
ANDHARANTE
Konon, pada masa pemerintahan Sultan Agung,
ada kawula Kadipaten Pati yang suka membuat onar. Namanya Ondorante.
Kisahnya, Ondorante sering marah dan membubarkan orang-orang yang mau
salat di masjid. Beduk masjid di rusak, perempuan-perempuan berjilbab
diejek, dilempari batu. Berkali-kali umat Islam di desa melawan, namun
selalu kalah karena kesaktian Ondorante sangat tinggi. Bahkan ketika
Adipati Mangun Oneng (Adipati Pati) dan Tumenggung Sombo Pradan juga
turun tangan, keduanya juga dibuat bertekuk lutut oleh Ondorante.
Akhirnya, peristiwa itu dilaporkan ke Mataram. Sultan Agung mengutus
Syekh Makdum Alatas untuk menangani ontran-ontran tadi. Kepada Syekh
Makdum dijanjikan, kalau bisa ngrangket Ondorante akan dihadiahi tanah
untuk mendirikan pondok pesantren di Sitinggil (desa tempat Ondorante
berada). Singkat cerita, setelah mereka bertemu, Syekh Makdum dan
Ondorante terlibat perdebatan sengit. Dan karena Ondorante tidak mau
menyadari kesalahan, maka terjadilah perang tanding. Hanya, perang
tanding itu pun juga tidak menyelesaikan masalah. Sebab, kesaktian
mereka seimbang. Keduanya sama-sama teguh tanggon, sama-sama memiliki
segudang aji jaya kawijayan sekaligus penangkal.
Ketika sedang silih
ungkih itu, tiba-tiba Syekh Makdum sadar, dan ingat pesan almarhum
guru. Kemudian dia menghindar dari gelanggang dan menemui muridnya,
Klinthing Wesi. Kepada si murid ia berbisik, ‘’Rumangsa lingsem aku
ditantang bocah nganti padudon ngrembug bab kapitayan. Awit aku kemutan
marang dhawuhe guruku biyen, menawa kapitayanmu iku kapitayanmu,
kapitayanku iku kapitayanku…’’ Dengan kesadaran seperti itu Syekh Makdum
segera melakukan salat makrifat. Setelah salat ia meninggal dengan
tenang tanpa sebab. Konon, setelah dikubur, dari makamnya muncul keris
yang dapat mengalahkan Ondorante. Keris tersebut dinamai Keris Kyai
Jangkung.
Dalam kisah ketoprak ini diceritakan pula mengapa
Ondorante suka marah-marah terhadap orang-orang yang akan salat di
masjid. Ia jengkel mendengar azan, yang oleh Ondorante bunyinya
dipelesetkan menjadi: ‘’lawa bubar…lawa bubar.’’ Merusak beduk karena
jengkel suaranya kok dipercaya, dan membuat orang-orang berdatangan ke
masjid untuk salat. Padahal, beduk hanya terbuat dari kulit sapi. Ia
juga jengkel kepada perempuan-perempuan berkerudung (berjilbab) karena
tidak bisa melihat dan menikmati kecantikannya. Menurut Ondorante, pakai
jilbab seperti orang mau ‘’ngundhuh tawon’’.
Kalau dionceki, tokoh
Ondorante ini jelas menunjukkan tanda-tanda orang bingung. Persis
unen-unen Jawa: gudel bingung. Anak kerbau yang nyrudug-nyrudug tak
keruan juntrungnya karena tidak tahu dan tidak bisa menyesuaikan diri
terhadap situasi kondisi yang dihadapi. Orang bingung sering juga
digambarkan seperti ‘’nglangkahi oyod mimang’’. Konon, oyod mimang ada
yang mengartikan akar beringin. Namun dalam pandangan lain, oyod mimang
adalah akar pohon apa saja yang bentuk dan strukturnya aneh. Ujung akar
membentuk belitan berkali-kali dan tidak lagi memanjang seperti lazimnya
akar biasa.
Dalam pandangan kejawen, orang bingung digambarkan
seperti ‘’kelangan keblat’’. Seluruh sikap perilakunya jadi kehilangan
arah, berputar-putar tak tentu tujuan. Mau ke utara, jalannya ke
selatan. Mau ke barat, langkahnya menuju timur. Dan celakanya, orang
bingung jadi sering bertindak ngawur, ceroboh, grusa-grusu. Persis
seperti Ondorante. Orang bingung sama halnya tengah mengalami kegelapan.
Menurut kapitayan Jawa, siapa pun yang sedang kebingungan, berada dalam
kegelapan, dirundung masalah yang rumit dan pelik, jangan buru-buru
bergerak. Dia harus menemukan ‘’pepadhange ati’’ lebih dulu, karena mata
tak lagi mampu menembus kegelapan atau masalah yang menyelimuti jiwa
raganya. Soalnya, dalam puncak kebingungan, semua jadi jungkir balik.
Atas jadi bawah, putih jadi merah! Nah, ketika kebingungan belum
teratasi, melakukan apa pun kebanyakan hasilnya akan wurung, sia-sia.
Ketika bingung, ora dunung, kemudian berbuat ceroboh sampai kesandhung
dan kedlarung, akhirnya tentu hanya penyesalan yang kita rasakan. Dan
untuk penyesalan seperti itu, di Jawa sudah ada unen-unen yang menunggu
dan siap mengejek terang-terangan: ‘’Keduwung nguntal wedhung.’’ Memang,
semua orang pernah bingung, tetapi kebingungan itu perlu dijinakkan
lebih dulu sebelum berbuat, sehingga tidak menjadi batu sandungan yang
membuyarkan impian dan harapan.
*sumber : Bpk Suwardi
READ THIS!!!
Baca Pula Artikel Terkait Dalam Kategori: info, klasik, pak Suwardi .
Klik tombol "Like" bila Anda suka dengan artikel ini. Silakan poskan komentar agar saya dapat berkunjung balik ke blog Anda. Jika Anda ingin membaca artikel lain dari blog ini, maka silakan klik di sini untuk membuka daftar isi. Harap menyertakan http://sugiman-alkaromah.blogspot.com/2012/11/kisah-saridin-sang-syeh-jangkung.html dan atau mencantumkan tautan untuk artikel ini bila Anda menyalin sebagian dan atau keseluruhan isinya. Terimakasih.
Label
info
tips
aplikasi
bloging
unik
banyumas
blogging
elektro
klasik
visit Banyumas
go to succes
seni
tradisional
makanan
pribadi
sepeda
hobi
waktu
kaligrafi
lampu
pak Suwardi
succes story
X-Sun.Net
blogingbloging
i Chatting Jejaring Sosial Indonesia
jelas lebih enak
kapal api punya cerita
kopi kapal api
lampuelektro
lukisan
masjid
ngopi yuk
vote
Artikel Populer
-
Banyak sudah kita mendengar kehebatan ulama pesisir ini tapi minim sekali informasi yang memberikan jawaban atas pertanyaan mendasar, siap...
-
Rangkaian yang biasanya digunakan sebagai hiasan ini sangat mudah dibuat, bagi pemula dan awam sekalipun. Di toko sudah tersedia PCB f...
-
Assalamu'alaikum wr. wb. Salam Jumat Barokah untuk kita semua,, Setelah cukup lama tidak menulis blog, Alhamdulillah masih dibe...
-
Dari jaman dahulu, telah banyak cerita atau film tentang mesin waktu, atau mesin untuk kembali ke waktu lampau. Tetapi itu semua memang hany...
-
Beberapa waktu lalu, aku pas mau berangkat merantau ke Cimahi, pas banget Ibuku kerja mpe sore. Ga da masakan lagi. Dari pada bingung nyar...
-
Selamat pagi, salam kompak walau baru sempat menyapa. :) Semenjak program mirgasi minyak tanah menuju LPG, kita semakin sulit mendapatka...
-
Ini hanyalah kisah tentang isi pikiran yang harus dituangkan. Sebelumya aku mohon maaf pada pembaca semua apabila isi post kali ini menyingg...
-
Salah satu makanan khas dari daerah Banyumas yg termasuk sudah terkenal di banyak daerah salah satunya adalah Mendoan. Mendoan merupakan sal...
-
Bismillahirrohmanirrohiim, Assalamu'alaikum sahabat semua. Cukup lama tak menulis blog ini dan kali ini semoga kata-katanya tak b...
-
Kita semua tau apa itu lampu Teplok. Terutama orang yang tinggal di Jawa. Lampu teplok adalah salah satu lampu yg nyalanya dari sumbu yg d...
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung dan berkomentar dg baik.
saran dan kritik anda slalu kami nantikan.